Rabu, 19 Maret 2014

Sendiri ataupun tidak

Ada masa di kala harus menyendiri
Bersanding dengan alam
Hanya sekedar memandangi bintang
Mendengarkan cerita dari ribuan jangkrik
Atau cukup dengan duduk termenung
Membiarkan dinginnya udara malam menusuk tulang sesukanya

Ada juga masa tak dapat menyendiri
Walau sudah kupaksa
Tetap tak bisa
Selalu teralihkan
Hingga tak sempat sendiri

Engkau selalu datang di saat yang tepat
Saat ku lupa cara bersedih
Engkau hadir mencaciku
Saat aku lupa cara memarahi orang
Engkau datang dengan berjuta kesalahan

Tapi aku selalu terheran
Duduk termenung memandangi bintang bersama jangkrik malam
Aku tak pernah lupa cara untuk menyendiri dan untuk tak menyendiri
Saat aku bersamamu

23.25 WIB
02 November 2013

Eggie Septiawan Jourdy

Selasa, 18 Juni 2013

Melepas Penat Di Gunung Gede | Earth Day 2013 #3

Udah lupa tentang pendakian ini. Bukan berarti melupakan, hanya tersandingkan dengan pengalaman yang lain.

Rabu, 01 Mei 2013

Melepas Penat Di Gunung Gede | Earth Day 2013 #2

Sekitar pukul 11.oo WIB kami mulai pendakian. Pemandangan diperjalanan awal begitu indah dengan diiringi hamparan perkebunan sayur-mayur milik warga sekitar. Gunung Gede memang terkenal memiliki trek yang selalu menaik apalagi lewat jalur Gunung Putri. Rombongan terpecah menjadi beberapa kelompok. Setelah beberapa jam perjalanan, kami memutuskan untuk istirahat sejenak, makan siang, sembari menunggu rombongan terkumpul seluruhnya di Buntut Lutung. Di pos itu, udara begitu dingin disertai hujan. Setelah semua anggota berkumpul dan selesai beristirahat, kami meneruskan perjalanan. Hingga akhirnya tepat pukul 20.30 saya beserta kelompok yang paling depan tiba di pintu barat Alun-Alun Surya Kencana. Beberapa dari kami menyiapkan tempat istirahat dan memasak air untuk membuat susu hangat. Beberapa dari kami menyusul kelompok di belakang.

Saya, Tito, Adul, Buluk menyusul kelompok yang ada di belakang. Lumayan jauh tertinggal. Saya membantu Siweng membawakan tasnya dan mempersilahkan yang wanita untuk jalan terlebih dahulu. Di tengah jalan Nyimel tidak mau menjadi orang terdepan (setelah diinvestigasi, dia melihat sosok wajah yang selalu memperhatikan ke arahnya). Saya berpindah ke depan. Kelompok yang baru tiba, segera beristirahat dan menikmati susu hangat yang sudah disiapkan. Sebagian dari kami mempersiapkan tenda untuk bermalam. Diiringi hujan dan menggigilnya tubuh, kami berusaha mendirikan tenda senyaman mungkin. Sebelum beristirahat malam, masing-masing tenda memasak makanan instant.

Esok paginya, masing-masing dari kami menjemur perlengkapan kami yang basah kuyup selama perjalanan. Setelah menjemur, aku memutuskan untuk berkeliling sekitar tenda. Baru sadar yang namanya Alun-Alun Surya Kencana itu sangat indah. Hanya ada hamparan rerumputan dan tanaman edelweis. Pemandangan sekitarnya pun sangat menakjubkan. Setelah makan siang, kami bersiap meneruskan perjalanan (pindah tempat berkemah yang dekat dengan puncak). Setelah setengah jam berjalan, kami tiba di tempat yang dituju. Tiap-tiap tenda didirikan. Sebagian memasak, sebagian membersihkan diri di sungai. Sore hari kami makan bersama. Setelah itu istirahat sejenak di tenda masing-masing karena kondisinya hujan cukup deras.

Tendaku dapat jatah masak untuk makan malam. Kami mulai masak dengan peralatan seadanya., karena peralatan tersebar di beberapa tenda. Menu malam itu nasi, sarden, tempe goreng, orak-arik. Tanpa memperkirakan sebelumnya, kami membuka 6 kaleng sarden dan baru sadar setelah memulai masak bahwa itu terlalu banyak untuk semua anggota. Kesimpulannya, malam itu kami makan banyak sekali (sarden lauknya nasi).

to be continue...

Minggu, 21 April 2013

Melepas Penat Di Gunung Gede | Earth Day 2013


Setelah rangkaian Ujian Tengah Semester yang cukup melelahkan, kami (PALAMEGA) berencana untuk melepaskan penat. Awalnya, terdapatsedikit perdebatan mengenai destinasi yang akan digunakan. Setelah disortir, tinggal 2 pilihan. Gunung Semeru dan Gunung Gede. Setelah mengetahui bahwa Gunung Semeru sedang ditutup untuk aktivitas pendakian hingga akhir April 2013, maka pilihan pun dijatuhkan pada Gunung Gede.


Gunung yang terletak di kawasan Bogor, Jawa Barat ini memiliki karakteristik yang sangat hererogen. Letaknya yang berada di kawasan dataran tinggi menyebabkan gunung ini memiliki suhu yang cukup rendah (bisa sampai kurang dari 5 derajat celcius di puncaknya). Ketatnya peraturan yang menjaga gunung ini tak menyurutkan langkah kami, karena kami sadar bahwa aturan itu untuk menjaga keasrian alam Gunung Gede. Informasi mengenai gunung dan aturan dapat diperoleh dari www.gedepangrango.org


Senin, 15 April 2013
Terdapat sedikit miskomunikasi sebelum keberangkatan. Hampir menyebabkan keterlambatan saat keberangkatan. Tapi akhirnya dapat teratasi. Setelah difiksasi, kami memastikan bahwa yang terlibat kali ini adalah 24 + 1 orang menyusul. Kami berangkat tepat pukul 15.30 dari Stasiun Lempuyangan, DIY dengan menaiki KA Progo menuju Stasiun Jatinegara, DKI. Sekedar info, kami menaiki KA Ekonomi dengan tarif Rp 30000/orang. Perjalanan 8 jam begitu membosankan bagi kami. Apalagi kami terpisah gerbong. Ada yang berjalan melintasi antar gerbong, dan melakukan aktifitas lain di dalam gerbong.

Selasa, 16 April 2013
Tepat pukul 00.00 WIB, kami tiba di Jatinegara. Sembari beristorahat sejenak, Si Adul, Bode, Kokom mencari transportasi lanjutan menuju Kampung Rambutan. Serelah beberapa menit akhirnya diperoleh satu angkutan berupa mobil Gr*nd M*x. Karena banyaknya penumpang, terpaksa angkutan diharuskan bolak-balik sebanyak 3 kali. Cireng, Blawong, Tonyir, Kintul, Siweng, Nyimel, dan Atun (angkutan pertama), Dorce, Cipok, Kemsot, Cepot, Bode, Yoda, Luthfi, Pengok, Pundy (angkutan kedua), dan Adul, Kokom, Buduk, Ahong, Adit Janata, Adit, Sidik, Wendy (angkutan ketiga). Tiba di Kampung Rambutan, para PJ bagian transportasi langsung mencari transportasi menuju ke Cibodas, Bogor. Akhirnya kami naik Bis "Do'a Ibu" pada pukul 02.00 WIB. Perjalanan 3 jam dimanfaatkan dengan baik untuk istirahat. Tiba di depan pasar Cipanas pukul 05.00 WIB, beberapa dari kami yang beragama Islam pun menunaikan Sholat Subuh. 

Setelah itu perjalanan dilanjutkan dengan menaiki angkutan kota menuju basecamp di Gunung Putri. Dua angkutan dengan tarif total Rp 130000 kami menuju basecamp. Tiba di basecamp, kami pun beristirahat, menyantap beberapa gorengan yang ada di basecamp, sebelum akhirnya kami memesan sarapan (nasi telur @Rp 5000). Tepat pukul 08.30 Wendy (Ketua Panitia) bersama Kokom berangkat ke kantor TNGGP (Taman Nasional Gunung Gede Pangrango) yang berada di Cibodas (15 menit perjalanan sepeda motor) untuk mengurus SIMAKSI (Surat Izin Masuk Kawasan Konservasi). Cukup lama kami menunggu karena mengantri di kantor TNGGP. Sembari menunggu, ada yang saling bercanda, sekedar ngobrol, foto di kebun milik warga, dan ada yang tidur. Tepat pukul 10.30 Wendy dan Kokom kembali ke basecamp. Kami pun bersiap-siap melakukan pendakian. Diawali dengan pemanasan bersama, kami pun mulai petualangan di Gunung Gede.

to be continue...

Jumat, 29 Maret 2013

Tebing yang Berliku

Pantai Siung yang terletak di Kecamatan Tepus, Gunung Kidul, Yogyakarta ini memiliki keindahan yang tak kalah dibandingkan dengan pantai-pantai lainnya. Kelebihan dari pantai ini terletak pada keadaan sekitar pantainya. Terdapat banyak sekali batu karang "raksasa" yang menampakkan dirinya, seolah meminta setiap pengunjung untuk memanjatnya.

Acara waktu itu merupakan salah satu kegiatan di PALAMEGA (Pecinta Alam Mahasiswa Mesin Gadjah Mada) yang bertujuan untuk melatih skill panjat tebing bagi para anggotanya serta mengenalkan salah satu jenis olahraga alam atau salah satu kegiatan rutin PALAMEGA kepada para anggota mudanya.


Rombongan kegiatan panjat tebing


Jum'at, 15 Maret 2013
Rombongan berangkat ke Pantai Siung sekitar pukul 21:00. Sebagian mengendarai sepeda motor, sebagian mengendarai mobil. Jalanan nampak sepi, seolah hanya milik kami (red:PALAMEGA) saja. Bagi para pengendara sepeda motor, keadaan itu sangat dingin dan cukup melelahkan. Saat memasuki jalan yang sangat sepi dan di samping kana - kiri jalan hanya ada pepohonan yang rimbun, hal itu menambah sensasi selama perjalanan. Pada saat melalui jalan ini, disarankan agar tetap konsentrasi karena jalanan sangat gelap (saat malam hari) dan banyak tikungan tajam setelah tanjakan.

Setelah tiga jam perjalanan, akhirnya kami tiba di tempat tujuan. Suara derasnya ombak yang menghantam batu karang menyambut kedatangan kami. Tanpa nerpikir terlalu lama, kami langsung mendirikan tenda di pinggir pantai. Sebagian mempersiapkan hidangan hangat guna menghilangkan dinginnya malam itu. Setelah tenda berdiri, kami menyantap hidangan (mie instant dan kopi). Sebagian ada yang sedang asik bermain kartu bridge.

Menyadari keesokan paginya akan langsung melakukan pemanjatan di batu karang blok D, kami pun bergegas memindahkan tenda ke camping ground yang terletak di depan batu karang tersebut. Tak terduga, hujan turus dengan derasnya dan memaksa kami untuk segera terlelap dalam tidur yang cukup dingin. Di tengah tidur itu, kami terbangun karena tenda banjir. Ternyata kami salah memilih tempat pendirian tenda. Tempat itu merupakan cekungan. Karena hujan sudah reda, sebagian dari kami memutuskan untuk melanjutkan tidur di luar tenda dan di penginapan.

Blok G sebelah timur

Blok G sebelah utara

Siap menaklukkan Blok G

Akibat hujan semalam, batu karang blok D masih basah. Sehingga kami memutuskan untuk berpindah tujuan ke batu karang blok G. Diawali dengan pemasangan (install) peralatan panjat oleh beberapa orang yang telah berpengalaman. Satu per satu kami mencoba menaklukkan batu karang tersebut. Karena tingkat kesulitan yang cukup tinggi serta kemampuan yang masih minim, tak setiap dari kami sampai pada top batu karang.

Blok G sebelah timur

Terdapat dua batu karang di blok G, sebelah timur dan utara. Batu karang sebelah timur memiliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi daripada batu karang sebelah utara. Hingga sore hari, kami memutuskan untuk kembali ke tenda, bersiap - siap untuk memanjat keesokan harinya. Pemandangan pantai dan batu karang dari blok G memang sangatlah indah. Terlebih saat sunset muncul. google.com

Blok G sebelah utara

Pemandangan batu karang dari blok G

Pemandangan laut lepas dari blok G

Sunset di blok G


Gunung Merbabu via Selo

Gunung Merbabu, merupakan gunung pertamaku di dunia mountaineering. Pendakian ini mealui jalur Selo dan merupakan kegiatan wajib gunung sebagai salah satu syarat bagi anggota muda di Palamega (Pecinta Alam Mahasiswa Mesin Gadjah Mada). 

Pendakian kali itu diikuti oleh 9 orang anggota muda dan 5 orang pendamping. Anggota muda adalah saya (Cireng) sebagai sweeper, Kemsot sebagai ketua perjalanan, Beler bersama Blawong yang bertanggung jawab atas perlengkapan selama pendakian, Tonyir sebagai bendahara, Kintul dan Siweng yang mengurusi logistik, Atun dan Nyimel yang bertugas mencatat perjalanan kami. Pendamping adalah Mas Pundy, Mas Satrio, Mas Dias, Mas Manro dan Mbak Tyas.

Pemanasan (sesaat setelah upacara pelepasan)

Sabtu, 9 Maret 2013
Upacara pelepasan Wajib Gunung I Palamega 2013 dilaksanakan pukul 08.20 WIB yang bertempat di Lapangan Basket KMTM UGM. Perjalanan dimulai dari KMTM UGM pukul 08.35 dengan menggunakan 8 motor dalam keadaan cuaca cerah. Anggota yang berangkat berjumlah 14 orang dengan Anggota Muda sebanyak 9 orang dan pendamping sebanyak 5 orang. Setelah perjalanan yang memakan waktu sekitar 3 jam, dengan medan yang sulit dilalui motor di dekat basecamp, akhirnya tim sampai. Jam menunjukkan pukul 12.19 saat kami tiba. Tim langsung malaksanakan sholat dan makan makanan ringan, lalu bersiap-siap untuk pendakian.

Basecamp

Pendakian dimulai pada pukul 13:13. Keadaan saat tim berangkat mulai mendung. Track untuk menuju pos I lumayan landai, banyak bonus track yang memudahkan pendakian sehingga tenaga tidak terkuras terlalu banyak. Selama perjalanan juga banyak akar – akar pohon yang dapat dijadikan pijakan. Selain itu juga banyak pohon tumbang. Setelah beberapa menit, pohon – pohon pinus mulai kelihatan dan semak belukar juga semakin sering ditemui, bahkan di beberapa titik, tim harus melewati bawah atap semak belukar. Semakin lama track semakin menanjak dan berlubang – lubang.

Banyak dari Anggota Muda yang kewalahan karena ini adalah pendakian pertama bagi mereka, bahkan tim sempat terbagi menjadi dua rombongan, meskipun  memang jaraknya tidak terlalu jauh. Tim juga menemui percabangan saat menuju pos I, yaitu percabangan pertama ambil kiri, percabangan II ambil lurus kanan, dan percabangan III ambil kanan.

Tim rombongan pertama tiba di Pos I tepat pukul 14.35. Semuanya melepas lelah dengan makan roti. Setelah 14 menit menunggu, tim rombongan kedua datang, tim lengkap. Dari Pos I, tim berangkat pukul 14.51 dengan keadaan mendung dan mulai turun gerimis. Track untuk menuju pos II lebih sulit karena lebih menanjak dan berlubang – lubang, bahkan di beberapa titik, track bersebelahan langsung dengan jurang. Ditambah lagi, beberapa menit setelah tim berangkat, hujan bertambah deras, menyebabkan udara menjadi dingin. Tim sampai di Pos II pada pukul 15.30 dengan anggota tim lengkap.

Pos II

Berangkat dari Pos II pukul 15.44 dengan keadaan hujan yang masih terus turun. Track sulit terutama karena pijkan satu ke pijakan selanjutnya jauh, sehingga membutuhkan energi yang lebih saat berjalan. Selain itu, jalannya sangat berlubang, sementara hujan membuat track licin. Aliran air yang turun sepanjang track membuat sepatu dan celana basah. Setelah perjalanan yang benar – benar melelahkan, tim sampai di Pos III pada pukul 17.00. Karena hari yang sudah mulai gelap, diputuskan untuk tidak beristirahat di pos ini, tetapi langsung naik ke Sabana I.

Dari Pos III menuju Sabana I track ekstrem. Hal ini terutama disebabkan karena hujan. Sementara track sendiri memiliki elevasi yang tinggi. Jarak antar pijakan jauh dan karena hujan, pijakan – pijakan menjadi lebih licin dan sempit akibat tergerus air. Beberapa anggota tim terperosok karena memang track sangat tidak mudah untuk dilalui. Tim kembali terpisah menjadi dua rombongan di tempat ini. Sebenarnya jarak dari Pos III ke Sabana I jauh lebih dekat daripada jarak antar pos sebelumnya, namun waktu yang dibutuhkan hampir sama dengan waktu yang digunakan untuk berjalan antar pos sebelumnya. Hal itu disebabkan oleh track menanjak dan sangat licin. Tim tiba di Sabana I pada pukul 18.05.

Saat sampai di Sabana I, hujan benar – benar deras dan angin bertiup kencang. Rombongan pertama yang telah sampai terlabih dahulu telah membuat tenda I. Anggota tim yang kelelahan langsung ganti baju, sementara yang lain membuat dua tenda lain di bawah guyuran hujan. Tak berapa lama, tenda akhirnya selesai. Udara benar – benar dingin sehingga tim langsung bersiap – siap  untuk masak. Masakan yang dibuat sesuai dengan yang telah direncanakan (nasi, mie instant, kornet, naget, sayur sup). Setelah makan dan beres – beres tenda, seluruh anggota tim tidur untuk mempersiapkan tenaga menuju puncak besok hari.

 
Sunset (Gunung Lawu dari Sabana I)


Gunung Merapi dari Sabana I

Minggu, 10 Maret 2013
Cuaca pagi itu benar–benar cerah. Sunrise di Sabana I juga sangat menawan. Pagi itu baru tim menyadari bahwa pada hari itu banyak sekali pendaki lain, Gunung Merbabu sangat ramai hari itu. Setelah berfoto ria dan membereskan tenda, tim bersiap untuk menuju puncak. Carrier yang dibawa sebanyak dua buah. Anggota yang berangkat ke puncak ditetapkan sebanyak 13 orang, sementara 1 orang tinggal untuk menjaga tenda.

Tim berangkat pukul 06.45, kami berangkat pagi-pagi untuk menghindari kabut yang akan muncul di siang hari. Kami berjalan cukup santai karena meskipun track memiliki elevasi tinggi, namun mudah dilalui, terima kasih pada Yang Maha Kuasa karena hujan tidak mengguyur. Pemandangan sepanjang perjalanan menuju puncak benar – benar indah, seperti melihat lautan awan dan langit di bagian atas serta hamparan hijau yang luas di bagian bawah. Puncak Merapi juga terlihat dari tempat kami berpijak. Sayangnya, edelweis yang begitu terkenalnya itu belum bermekaran. Melewati Sabana II, ternyata banyak yang membuat camp di sini.


Puncak Triangulasi

Pada pukul 08.11 bonus yang sudah lama kami tunggu – tunggu akhirnya tercapai. Puncak Triangulasi akhirnya terjamah oleh kaki – kaki kami. Semua anggota langsung berfoto dan menikmati keindahan dari atas. Puncak juga ramai kerena banyak pendaki memutuskan untuk muncak di pagi hari. Setelah semua anggota lengkap dan selesai melepas lelah, upaca pun dimulai. Upacara ini benar – benar kenangan spesial untuk Anggota Muda, karena ini adalah upaca pertama yang dilakukan di puncak. Selanjutnya, memenuhi syarat selanjutnya yaitu ambil foto wajib puncak. Anggota Muda laki – laki berfoto telanjang dada, sementara Anggota Muda perempuan tidak boleh mengenakan jaket. 



Upacara

Gn. Merapi dari Puncak Triangulasi

Pukul 09.20 tim turun lagi ke Sabana I, sampai disana pukul 10.25. Setelah masak dan makan, semua bersiap – siap untuk turun dan melakukan program bersih gunung. Jalur yang dilalui untuk turun tetap jalur via Selo. Kabut sudah mulai menumpuk, namun tidak ada indikasi akan terjadinya hujan.  Pukul 12.50 tim turun dari Sabana I. Track yang kemarin dilalui menjadi lebih mudah karena tidak begitu licin. Memang beberapa ada yang jatuh karena tetap saja licin karena hujan kemari masih tersisa. Pukul 16.05 tim sampai di basecamp kembali. Dan ini menandai berakhirnya Wajib Gunung I Angkatan 2013.google.com





Jumat, 14 September 2012

The Lorax

Film ini film kartun, awalnya males juga mau nonton film kartun apalagi ini di kampus. Tapi karena kakak-kakak HMTI-PWK udah nyiapin segalanya, aku paksain buat nonton. Selain karena ada tulisan ("Free Entry, Snack, Doorprize").

Film itu berceritakan tentang seorang pemuda yang menemukan hutan yang di dalamnya terdapat banyak sekali pohon dan hewan. Hewan hidup dengan nyaman di sana. Pada suatu hari, seorang pemuda menemukan hutan itu, dan berencana mengeksploitasinya. Pemuda itu menawarkan makanan kepada para hewan dan mereka menyukainya. Berawal dari menebang satu batang pohon. Setelah pohon pertama ditebang, turunlah The Lorax "The Guardian Forest". Lorax berwujud seperti berang-berang berwarna oranye dengan kumis panjang dan lebat. Lorax bersama hewan lain memperjuangkan pohon-pohon di situ. 

Mereka mencoba merobohkan tenda yang dibuat pemuda itu di tengah hutan, dengan maksud membuatnya tak nyaman dan segera pergi dari hutan itu. Suatu malam Lorax dan para hewan mengeluarkan pemuda itu dari dalam tendanya dan bermaksud menghanyutkannya melalui sungai. Tapi sialnya, pemuda itu tidur sambil memeluk salah satu hewan. Mereka berusaha menyelamatkan hewan "sanderaan" pemuda itu. Hingga akhirnya pemuda itu menemui jeram-jeram yang berbahaya yang bermuara di air terjun. Sebelum sampai di air terjun, Lorax menjatuhkan batu besar dari atas tebung sehingga membuat pemuda dan hewan "sanderaan" terlontar kembali ke daratan.

Pemuda itu pingsan. Lorax mencoba membangunkannya dengan membuat pemacu detak jantung dari hewan-hewan di sekitar. Cara itu berhasil. Pemuda itu marah kepada Lorax dan para hewan. Pemuda itu memperkenalkan hutan itu kepada banyak orang dan menjualnya. Pohon-pohon di tebang semuanya. Di bangun vila bernama "Thneedville" di hutan itu. Dalam vila itu terdapat banyak pohon tiruan dan seorang pengusaha terkenal yang menjual udara bernama O'hare. Produknya diberi nama O'HARE bottled air.

Pada akhirnya, seluruh pohon di hutan itu habis di eksploitasi. Lorax bersama para hewan pergi meninggalkan pemuda itu sendirian. Pemuda itu menyesal. Hingga pada suatu hari ia bertemu dengan Ted. Ia menyuruh Ted untuk memperjuangkan agar satu bibit tanaman ditanam dan diperbanyak. Hal itu tak mudah, Ted harus berebut bibit dengan O'hare. O'hare takut usahanya bangkrut bila tanaman itu tumbuh dan menimbulkan banyak udara.

Namun Ted berhasil meyakinkan para warga Thneedville untuk bersama-sama menanam dan merawat bibit tersebut. Usaha itu berhasil. Dan muncullah banyak pohon dan udara segar untuk kehidupan mereka. Sekian.

Dari film itu kita bisa belajar tentang begitu pentingnya pohon/tanaman dalam hidup kita. Banyak sekali masalah yang akan muncul bila tak ada pohon/tanaman. Mari tanam pohon!!!